Jumat, 05 Oktober 2018

Dipaksa Merasa


Dipaksa Merasa

Seorang manusia sedang menyelaraskan hati dengan fikirannya. Ada sesuatu yang sangat ia inginkan, namun sayang hati dan pikirannya menjadi tak bersahabat dalam satu koordinasi yang tak karuan. Ada rasa yang ia ingin utarakan, namun itu adalah rasa yang sangat menggangu, tak kuasa menahan bisikan kerikil pasir yang menggelombang menyerang hati. Kuat dan setegar yang kau kira, dia terus mengucap asma Nya, terus mengharap agar tak sehelai rambut pun yang ia lihat dan sedikitpun sentuhan yang ia rasakan. Begitu kuat badai terus mengahadang dan menyerang gumpalan hati yang lemah itu, memiliki namun tak memilki.
Tak ada rasa yang tak pernah seorang adam yang terganggu raga dan jiwanya karena seorang perhiasan dunia yang begitu mengkilap sampai matapun tak melihat seberapa jauh mata memandang. Dunia Nabi pun hampir ternodai oleh tragedi yang hampir terjadi mencoreng kisah suci sepanjang zaman. Namun, kuasa Nya lah yang menjaga seorang laki-laki itu tetap suci sampai hari dia menjadi lelaki sempurna nan sejati.
Tak tega dia memberikan harapan palsu kepada seorang hawa, kadang rumput yang bergoyang pun berkata bahwa banyak insan yang terjebak dalam dunia maya yang tak bertuan dan tak karuan. Rasa indah dan berbunga-bunga seseorang hawa seakan terus menggelora sampai ia tak berpikir lagi jiwa dan raganya akan ia berikan. Akan menjadi sakit dan menggigit jika seorang adam kembali menyakiti hati seorang hawa yang tak berdosa, namun kadang sang hawa pun memberikan ruang kecil kepada seseorang adam untuk ia melobangi hati nan suci.
Sang pemilik raga dan jiwa, kaulah sang penjaga hati dan penjaga segala sisi. Tiada yang bisa menerobos jalan ini jika tanpa ijin dan kekuatanmu. Maafkan seorang hamba yang selalu bingung apa yang ia lakukan, hari hari ke hari menjadi catatan cinta seorang hamba dari sang adam untuk sang hawa yang ia idam-idamkan. Tak kuasa melihat isakan tangis yang mengucur di pipinya seakan menyayat hati karena sakit dan derita yang ia rasa karena rasa yang mencoba menipu dan mencederai hati nan suci. Ia berusaha untuk menjaga dan selalu berusaha mendoakanNya di perapian api malam ketika insan-insan berdasi akan ekonomi sedang tak sadarkan diri.
Waktu yang menentukan segalanya, rasa ia kepada Rabb Nya akan harus dan terus mengalir dalam otak dan hati sanubarinya, rasa gundah akan menjadi ucapan doa untuk kepada siapa ia ucapkan dan utarakan. Kata-kata indah tiada tara akan lebih kau simpan saja kepada sang pemilik hati, daripada kau tumpahkan tak berdaya kepada insan yang kau tak tahu siapa.
Ikhlaskan dan kuatkan, setiap insan akan mengalami turbulensi hati yang setiap kali akan terus menggangu setiap urat nadi. Tapi memang tak bisa terelakan hati manusia jika sedang dalam keadaan itu, semua akan terasa indah, meskipun hati sebenarnya menjerit, jangan kau nodai hati nan suci. Tunggulah hari dimana kau akan menemukan cinta sejati yang akan mengubah arah yang patah arang menjadi arah yang merindukan kasih sayang, tak bertemu sehari seperti tak bertemu senja sampai ujung senja menghilang. Bagaikan Fatimah menyembunyikan cahaya yang ia rasa cahaya itu berada disuatu tempat yang ia anggap cahaya lain yang menjadi belahannya. Sang Ali pun menjawab pertanyaannya dengan sebuah ikrar yang tak bisa semua adam mampu memainkan ritme tersebut, ia jawab dengan sebuah jawaban yang tegas, lugas dan jelas. Tidak ada kata-kata sempalan kata-kata paksaan yang kau lontarkan kepada lain hati untuk memuaskan jalan priyayi. Waktu yang mereka tunggu dan saling menunggu hingga waktu dan takdir yang menjawab segala gundah seorang pasangan insan yang saling jatuh cinta.
Namun sayang, tak semulus yang ia kira. Banyak hati yang kau lantarkan dan tak kau hiraukan setelah kau merasa dunia serasa milik dua insan yang sebenarya saling berdusta. Kau tak memikirkan seorang ibu yang telah membuat mu hidup dan bernafas sampai hari ini kau buat ia meneteskan air mata karena kau membuat janji setia di atas mimbar palsu. Tak kuat rasa nya jika seorang insan kau permainkan hanya untuk berdalih saling suka karena “aku mencintaimu, dan aku berjanji akan membahagiakanmu”katanya. Bohong dan dusta yang pastinya kau ucapkan dikala itu, karena tak ada keberanian dan nyali seorang adam bertemu kepada pemilik insan tersebut, tanpa meminta izin menjabat tanganya, sungguh ironi dan mengapa kau pun tak sadar dikala itu kau sedang dibuat tertipu daya karena hebusan bisikan yang deras.
Kuatkan jika kau kuat, tinggalkan jika kau tak sanggup membuat kelopak matanya terjaga dari basahnya air mata, jangan barmain api jika kau tak ingin panas menyambarmu dalam raga, dan HALALKAN JIKA KAU INGIN IA BERADA DALAM DEKAPANMU SELAMANYA DI SEMUA DIMENSI KEHIDUPAN, atau diam dan layangkan kata-kata di kala insan sedang berada di mata maya mereka bersimpuh meminta Ridho Nya dalam naungan kasih sayang dan cintaNya.




Oleh : ARA
(Seorang pengembara pencari hidup sejati penuh arti dalam kuasa Ilahi)
Pass live 01129644342

Jumat, 02 Februari 2018

HIU-HIU KECIL
Oleh : Agum RA

Adakalanya dalam berorganisasi, kita ingin agar segalanya berjalan efektif, dimana  peristiwa 28 Januari 1986, pesawat yang berawak tujuh orang tersebut lepas landas dari  Kennedy Space Center di Florida, yang pada akhirnya kurang dari dua menit ledakan pun terjadi diakibatkan ketika sehari sebelum peluncuran kelompok insinyur Morton Thiokol sudah memperingatkan bahwa peluncuran akan sangat beresiko karena rendahnya suhu pembekuan yang karena rekomendasi yang bersifat searah tersebut mengakibatkan NASA membuat kesalahan besar dengan tidak mengindahkan peringatan tersebut.
Peristiwa tersebut memberi kita pelajaran bahwa memburu efektifitas tidak selalu berdampak bagi baik kelangsungan organisasi. Salah sati ciri groupthink adalah hilangnya kekritisan individu-individu dalam organisasi ketika menemukan adanya masalah. Irving Janis, seorang psikolog sosial dari Yale memperingatkan bahwa hilangnya kekritisan individu ini akan sangat berbahaya. Ketika ada suatu kasus yang dimana ketika pihak yang mengetahui ada masalah tidak lagi kritis yang terjadi adalah pengambilan keputusan yang berakibat fatal.
Memang, koknflik dan kritik bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Namun, justru itulah yang ,menjaga kita vuntuk tetap pada jalur yang benar. Ketiuka kita terus berda di zona nyaman, tanmpa konflik dan tanpa kritik, maka tidak ada pembelajaran hidup yang dapat kita ambil. Ada suatu kisah menarik dari Jepang yang akan menyadarkan kita.
Suatu hari seorang nelayan mencari ikan di laut menggunakan kapal. Setiap kali si nelayan mendapatkan ikan, ia selalu memasukkan ikannya di kolam kapal dengan harapan ikan tersebut tetap hidup. Setelah mendapatkan banyak tangkapan, si nelayan pun pulang. Sesampainya di pantai, ia terkejut karena ikan-ikannya banyak yang lemas dan mati. Harga jualnya pun menurun.
Si nelayan pun  memutar otak mencari agar ikan-ikan tangkapanya tetap hidup. Beragam cara yang ia pakai tidak berhasil. Hingga suatu hari si nelayan mendapatkan ide untuk memasukkan hiu-hiu kecil ke dalam kolam kapalnya. Setiap kali mendapatkan ikan, hasil tangkapannya itu dimasukkan ke molam yang berisi hiu kecil. Ikan yangkapan itupun senantiasa berenang untuk menghindari terkaman hiu. Denagn cara itu, ikan-ikan tangkapannya tetap segar sampai pantai, dan harga jualnya pun tinggi.
Fenomena “ikan lemas” tersebut kita ibaratkan sebagai kondisi organisasi yang pergerakannya lesu dan stagnan. Organisasi yang selama masa kepengurusannya tidak membvuat suatu perubahan apapun. Menggunakan analogi diatas, mungkin hal itu disebabkan karena tidak adanya “hiu-hiu kecil” yang memacu organisasi ini untuk terus bergerak dan berbenah. Untuk itu, harus ada konflik yang memacu dinamika organisasi sehingga organisasi tersebut bergerak.
Salah satu cara untuk membvuat suatu organisasi dinamis adalah menaruh orang-orang yang memiliki pemikiran berbeda di lingkaran pengambil kebijakan organisasi. Hal itu meminimalkan peluang penyimpangan yang dapat dilakukan oleh para pimpinannya. Selain itu, selain ada indikasi organisasi tidak berjalan, ada pihak-pihak internal yang bisa membuat konflik sehingga roda organisasi berjalan kembali.
Oleh karena itu, tidak selalu konflik itu bersifat negatif. Itu bagaiamana subjek menanggapi tentang dinamika tersebut, dimana bukan hiu kecil itu yang menjadi masalah, namun bagaiamana manajemen konflik itu di konversi menjadi sebuah power yang akan menjadi pembangkit untuk arah perubahan yang lebih baik lagi.


Terinpirasi dari buku Gading EA, (2015: 70-71) “Menjaga Nafas Gerakan”-SAGA-     

Sabtu, 13 Januari 2018

Catatan seorang aktivis

RIHLAH UNTUK AWAL YANG BERGAIRAH
Oleh : Agum Restu Alam


Di awal sebuah pertemuan, ada kisah yang sering menjadi canda tawa. Menginspirasi seluruh orang yang ingin mendapatkan hal sesuatu hal yang bergairah. Menemukan sebuah jawaban pasti dan semakin pasti, bahkan semakin yakin bahwa kaulah sahabatku. Saling mnegur satu sama lain, saling menyapa, menebar aroma kebaikan dimanapun perginya. Kami senantiasa bertebaran didalam kehidupan, kami akan menyebarkan mnyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Terus teguh kawan, awali hari ini dengan sebuah kepastian, karena hidup merupakan hal yang pasti dan harus kita pastikan kemana arah yang kita pilih dan raih.  

Sebuah kesegaran yang harus kita raih di awal dan akhir nanti, nafas kita tidak bisa pendek saudaraku, gerak kita tidak bisa lamban saudaraku, detak jantung kita tidak boleh berhenti hanya karena suatu hal yang konyol. Kami bukanlah orang-orang yag minimalis dan loyo, 1000 langkah kaki kita sudah kita coba dan eksperimenkan dalam sebuah tangga yang terinjak nyata dikelopak mata. Akan ada tangga-tangga yang tidak bisa kita lihat hanya dengan sekejap apalagi senyap.

Tarbiyah adalah ibukandung kita, dan kita adalah putra-putri kandung dakwah. Berselancarlah dengan lancar dan gencar. Deru angin menghenmbus tidak akan mengganggu sedikitpun jika kita selalu bersatu, maju terus pantang mundur.  Etimologi Rihlah sudah tercantum dalam banyak buku, salah satunya dalam buku Perangkat-perangkat Tarbiyah karya Ali Abdul Halim Mahmud.

Rihlah merupakan salah satu perangkat tarbiyah, sebagai sebagai pelengkap dari berbagai perangkat yang dipergunakan oleh jama’ah untuk mentarbiyah anggotanya. Dalam runtutan kata-kata yang termaktub dalam buku itu sangat indah, namun itu akan hanya menjadi sampah jika kau tak mengindahkannya. Sutu hal yang pahit dan sulit, jika kita awali dan akhiri dengan sebuah permasalahan pelik.

Ikhwah fillah, kau harus Sungguh, Teguh dan tangguh menghadapi segaa terpaan yang akan kita hadapi. Itu kan menjadi sebuah dinamika yang  pasti dan menajdi suatu hal mudah jika kita bersama-sama, bahu-bahu saling membantu. 
Sahabat, kau akan menjadi menjadi orang yang Syahid di siang hari dan Rahib di malam hari.

ALLAHUAKBAR !!!
~optimis, dinamis, dan agamis~

Selasa, 09 Januari 2018

Dakwah dan Dunia Global

DAKWAH DAN DUNIA GLOBAL
Oleh : Agum Restu Alam
teinspirasi dari buku telling Islam to the world (Imam Shamsi Ali)

Secara universal, segala sesuatu mengalami perubahan. Dimana Islam adalah agama yang sangat universal, tidak ada satupun aspek-aspek, komponen-komponen, organ-organ kehidupan yang tidak diatur oleh Islam. Dan dunia kita saai ini mengalami perubahan, perubahan yang drastis. Perubahan yang menjadikan banyak orang serasa bermimpi. Perubahan-peruabahan yang terjadi seolah menjadi hal yang utopis bahkan menjadi imjanisasi masa dulu namun terbukti pada saat zaman now ini, banyak perubahan yang diluar batas imajinasi manusia itu sendiri.
Pada zaman yang penuh perubahan ini, kita dituntut untuk memiliki sebuah antisipasi tinggi dari umat. Dalam hal ini pula, metode penyampaian Islam ke dunia, telling Islam to the world. Jika tidak, rasa Islam ini akan menjadi hal aneh dan menjadi barang antik karena pean-pesan ini seakan-akan termarjinalkan bahkan akan menemui ujung dakwah ini. Bagaiamana bisa dakwah ini akan berhenti ? oh tentu bisa, karena risalah Islam dibawa oleh manusia pilihan-Nya yang  memiliki daya dan upaya untuk mentransferkan dan mentransformasikan pesan Tuhan ini. Karena agama ini pun tetap lestari karena ada yang sang Da’i beserta sejuta metode yang dipaakai agar pesan suci ini bisa melanglang buana serta merasuk ke setiap relung hati manusia untuk menjadi cahaya dalam menuntut hidupnya agar selamat.
Dalam upaya penyampaian yang sedang kita rasakan ini, bagaimana di zaman now  ini perubahan ini menuntut kita untuk bekerja keras dalam meneliti dan mencari bagaiamana pesan suci ini tersampaikan. Jika tidak, maka umat dan metode penyampaina itu akan ketinggalan kendaraan dan terasingkan. Jangankan saudara-saudara non-muslim, generasi muda kita ini saja jadi kehilangan trust (kepercayaan) kepada agama ini jika metode telling (tablig) atau penyampaian itu kehilangan konteks.
Salah satu realitas yang harus diterima oleh manusia zaman ini yaitu kecanggihan transportasi dan telekomunikasi  yang semakin super speedy (super cepat) yang membuat hidup kita terasa sangat sempit. Kecepatan lalu lintas telekomunikasi ini bukan hak yang aneh dan baru bagi umat ini. Fenomena kecepatan telekomunikasi dan transportasi disebutkan melalui kisah Nabi Sulaiman as dan Ratu Bilqis dalam Al-Qur’an.
Seharusnya umat Islam bisa memanfaatkan momentum ini, bagaimana telekomunikasi ini menjadikaa Islam melejetit, berkembang pesat scepat kilat. Namun, sayangnya keterbatasan umat Islam dalam fasilitas ini, justru menjadikan wajah umat muslim dunia emjadi tersebar negatif. Sehingga terbangun perspektif buruk dan menakutkan tentang agama yang indah dan menyenangkan ini.
Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, diamna kenyataan ini pula yang menyadarkan akan tanggung jawab kita semua untuk ikut dalam berkompetisi dalam menentukan “warna” Islam ke seluruh dunia.
DAKWAH GLOBAL
Perlu diketahui, bahwasanya Islam adalah agama yang universal dan mencakup semua universalitas kehidupan. Tentang kenyataan dunia global dan realitas bahwa Islam memang secara alami adalah agama global, maka umat Islam harus menyadari akan tanggug jawab globalnya. Yakni membangun sebuah komitmen untuk membawa Islam ke seluruh pelosok alam utuk mewarnai kehidupan manusia dan membawa perubahan positif kesuluruh dunia.

CONNECTING NEW YORK  - JAKARTA
Gerakan menyebarkan Islam ke seluruh dunia (Telling Islam to the world) itu telah resmi diluncurkan di jakarta pada tanggal 18 Desember 2015. Akan tetapi implementasi dan pergerakan utamanya akan digenjot dari kota New York, Amerika Serikat.
Kenapa Jakarta dan New York ?
Peluncuran inisiatif Telling Islam To the World di lakukan di Jakarta, karena Indonesia adalah penduduk Muslim terbesar di dunia. Tentu disadari atau tidak, Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap status yang diembannya. Mau tidak mau, Indonesia adalah duta perdamaian dunia, dimana sarang Musklim terbesar ada di Indonesia. Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan Islam yang sesungguhnya. Islam yang berwajah alternatif dari wajah-wajah Islam yang sedang dipropagandakan oleh dunia Barat saat ini.

To be continued....

Selasa, 19 Desember 2017

PEMIKIRAN SAID NURSI

PEMIKIRAN SAID NURSI
Dalam pemikirannya untuk membuktikan keberadaan dan keesaan Ilahi, hari kebangkitan, kenabian, asal Ilahiah, al-Quran, alam gaib, dan para penghuninya atau dimensi-dimensi immaterial, perlunya ibadah, moralitas, karakter ontologis manusia dan lain-lain, Said Nursi semula mencoba mem-erkuat Islam dengan filsafat modern barat. Kemudian dia melihat bahwa cara tersebut sama halnya dengan merendahkan Islam dan bahwa pokok-pokok islami terlalu dalam untuk dijangkau dengan prinsip-prinsip filsafat manusia. Dia lalu beralih kepada alquran saja. Namun pada gilirannya, setelah mencermati ber-bagai ayat al-Quran, justru Said Nursi berpendapat bahwa filsafat adalah jalur menuju kemajuan dan pencerahan ruhani. Bahkan sempat perpendapat bahwa pola pikir filsafat Barat bisa digunakan untuk menegakkan dan memperkuat kebenaran Islam. Dari sini, maka dipahami pemikiran Said Nursi yang secara lahiriyah terlihat tetap menggunakan filsafat Barat, justeru di sisi lain dengan pe-mikirannya itu dapat mengkorelasikannya filsafat Islam. Ini berarti bahwa Said Nursi satu-satu pemikir modern yang telah menemukan konsep baru filsafat dalam bingkai yang islami.

PEMIKIRAN SAID NURSI TENTANG KETUHANAN
Yang pertama adalah “aku bukan pemilik diriku “ pemilik diriku adalah sang pemilik kerajaan, zat yang mahaagung dan mulia. Kubayangkan diriku sebagai pemilik untuk memahami sifat-sifat pemilikku lewat antologi. Maka dengan sesuatu yang akhirnya, pagi datang dan lentera hayalan itupun padam.
Kedua adalah “kematian adalah sesuatu yang haq (nyata)” kehidupan dan tubuh ini tidak bisa menjadi pilar kehidupan yang agung. Pasalnya, keduanya tidak abadi; juga tidak berasal dari besi dan batu. Namun ia berasal dari daging, darah, dan tulang serta berbagai unsur yang saling berlawanan yang beberapa saat bisa sejalan namun kemudian berpisah. Bagaimana istana seluas dunia dibangun di atas pondasi yang rapuh dan pilar yang cepat membusuk.
Ketiga adalah “tuhanku mahaesa”. Puncak kebahagiaan setiap orang adalah ketika berserah diri kepada tuhan yang maha esa. Jika tidak, tentu ia membutuhkan banyak tuhan yang saling besebrangan. Pasalnya, totalitas manusia memiliki berbagai kebutuhan terhadap banyak hal, sejumlah hubungan dengannya derita, kasan, kesadaran dan ketidak sadaran terhadapnya. Ini semua merupakan kondisi yang sangat menyiksa. Maka dari itu mengtahui tuhan yang maha esa di mana sejumlah tuhan imajiner ini hanyalah hijab halus yang membungkus kekuasaannya merupakan sorga duniawi.
Keempat adalah “ego” yang merupakan titik hitam yang kepalanya dibungkus dengan goresan kreasi tuhan. Padanya tampak bahwa sang pencipta lebih dekat daripada dirinya sendiri. 

REFERENSI


Dipaksa Merasa

Dipaksa Merasa Seorang manusia sedang menyelaraskan hati dengan fikirannya. Ada sesuatu yang sangat ia inginkan, namun sayang hati d...